Produk dan Harga



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada dasarnya, hubungan antara perusahaan dan pelanggan tidak lebih dari seputar produk yang dihasilkan dan dikonsumsi, produk yang bisa berupa barang dan jasa merupakan bagian yang sensitif diantara keduanya (perusahaan dan pelanggan) oleh sebab itu, perusahaan sebagai produsen harus mampu menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, karena hal tersebut akan berpengaruh dengan pendapatan perusahaan dan tentu saja keberlangsungan perusahaan itu sendiri. Makalah ini mencoba memaparkan hal-hal yang penting dalam melakukan strategi produk dan harga agar produk yang diciptakan bisa berhasil dalam pasar sasaran.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja jenis-jenis produk?
2.      Bagaimana daur hidup produk?
3.      Bagaimana proses pengembangan produk baru?
4.      Apa saja identititas produk?
5.      Apa yang dimaksud dengan lini produk dan strategi bauran produk?
6.      Bagaimanakah menentukan strategi penentuan harga?
7.      Apa itu manajamen pemasaran?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui jenis-jenis produk
2.      Untuk mengetahui daur hidup produk
3.      Untuk mengetahui proses pengembangan produk baru
4.      Untuk mengetahui identititas produk
5.      Untuk mengetahui lini produk dan strategi bauran produk
6.      Untuk mengetahui strategi penentuan harga
7.      Untuk mengetahui tentang manajemen pemasaran





















BAB II
PEMBAHASAN
PRODUCT AND PRICE

Para insinyur dan ahli produksi lainnya cenderung mendefinisikan produk sebagai kumpulan dari karakteristik fisik. Tetapi para pemasar mengetahui definisi yang lebih baik. Definisi pemasaran tentang produk adalah seperangkat atribut fisik, pelayanan, dan atribut simbolis yang dirancang untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Termasuk dalam definisi yang lebih luas ini adalah pertimbangan terhadap rancangan kemasan, nama merk, garansi, dan citra produk.[1] Secara luas, produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keibginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide.[2]
A.    Jenis-Jenis Produk
Dengan melihat perbedaan antara pasar-pasar konsumen dan pasar-pasar bisnis, produk dapat dikategorikan secara luas sebagi produk konsumen dan produk industri, tergantung untuk maksud apa seseorang membeli produk tersebut.
1.      Produk-Produk Konsumen
Untuk mengelompokkan produk-produk konsumen berdasarkan tipenya, para pemasar memfokuskan diri pada kebiasaan belanja konsumen. Merka mencari pertanyaan yang berhubungan dengan membeli: Siapa? Mengapa? Kapan? Di mana? Bagaimana? Jawaban-jawabannya menentukan kategori dari pembelian tersebut, ke dalam satu di antara tiga kategori produk, diantaranya:
a.      Produk rumah tangga (convenience products)
Produk-produk yang sering dibeli konsumen dengan segera dan dengan usaha yang kecil. Mesin penjual, toko-toko Circle-K, dan stan-stan majalah biasanya menyediakan produk rumah tangga, contohnya adalah koran, pemen karet, majalah, susu, bir, roti, dan makanan-makanan kecil.
b.      Produk-produk belanja (shopping products)
Produk yang pembeliannya secara khusus, yang hanya dilakukan setelah pembeli membandingkan dengan beberapa produk di toko-toko pesaing, untuk mengevaluasi beberapa karakteristiknya, seperti harga, mutu, model, dan warna. Seseorang yang membutuhkan karpet dapat saja mengunjungi beberapa ruang pamer, mempertimbangkan berlusin-lusin corak dan warna, dan menghabiskan waktu berhari-hari sebelum mengambil keputusan.
c.       Produk-produk khusus (speciality products)
Produk yang pembelinya mau melakukan usaha khusus untuk mendapatkannya. Pembeli dari produk-produk khusus ini biasanya sudah terbiasa dengan pernik-pernik produk tersebut dan merasa tidak ada barang penggantinya. Produk-produk khusus cenderung berharga mahal dan merupakan merek-merek terkenal. Contohnya: tas-tas Louis Vuitton, kendaraan Porche, dan penerbangan ke Eropa dengan Concorde.
Harus diingat bahwa bukan hanya barang atau jasa itu sendiri yang menentukan klasifikasinya. Tetapi klasifikasi yang utama tergantung pada pola pembeliannya. Sebuah produk rumah tangga bagi seseorang mungkin merupakan produk belanja bagi orang lain, tetapi apabila produk tersebut sering dibeli dengan alasan sering dibutuhkan dalam rumah tangga, maka produk ini diklasifikasi dalam produk rumah tangga.[3]
2.      Produk-Produk Industri
Produk-produk industri dibagi menjadi dua kategori, masing-masing mencerminkan mengenai biayanya dan bagaimana produk-produk tersebut akan digunakan:
a.      Barang biaya beban (expense item)
Merupakan produk atau jasa yang dikonsumsi dalam setahun oleh perusahaan yang memproduksi barang-barang lain atau menyediakan jasa lain. Expense item yang paling jelas terlihat adalah barang-barang industri yang langsung digunakan dala proses produksi. Misalnya: setumpuk teh yang di proses menjadi teh celup.
b.      Barang modal (capital items)
Merupakan barang dan jasa yang bersifat permanen (mahal dan tahan lama). Setiap barang ini memiliki perkiraan umur lebih dari satu tahun dan biasanya sampai beberapa tahun. Gedung-gedung (perkantoran, pabrik), perlengkapan permanen (tangki air, oven pembakar kue), dan perlengkapan aksesoris (komputer, pesawat terbang) termasuk barang-barang modal (capital good).[4]
B.     Daur Hidup Produk
Konsep daur hidup produk adalah suatu upaya untuk mengenali berbagai tahap yang berbeda dalam sejarah penjualan suatu produk.[5]
Suatu produk memiliki daur hidup untuk menegaskan 4 hal:
1)      Produk memiliki umur yang terbatas.
2)      Penjualan produk melewati tahap-tahap yang berbeda, dengan tantangan yang berbeda bagi penjual.
3)      Laba naik turun pada tahap yang berbeda dalam siklus hidup produk.
4)      Produk membutuhkan strategi pemasaran, keuangan, produksi, pembelian, dan personel yang berbeda dalam tiap tahap siklus hidup mereka.

1.      Tahap-Tahap dalam Daur Hidup Produk
Daur hidup produk sangat penting untuk diketahui oleh wirausahawan ketika memulai usaha, khususnya adalah tahapan-tahapannya. Dalam daur hidup produk terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
a.      Perkenalan.
Tahap ini dimulai sewaktu produk mencapai tempat pasar. Berfokus pada usaha membuat konsumen potensial sadar akan keberadaan produk dan manfaatnya. Biaya promosi dan pengembangan yang besar menghapus semua laba.
b.      Pertumbuhan
Jika produk baru menarik perhatian dan cukup memuaskan konsumen, perjalanan mulai menanjak cepat. Selama tahap ini, produk mulai menghasilkan laba. Perusahaan-perusahaan lain dalam industri akan bergerak cepat untuk memperkenalkan produk versi mereka.
c.       Dewasa
Pertumbuhan penjualan mulai melambat. Walaupun produk menghasilkan laba tertinggi di awal tahap ini, meningkatnya persaingan dapat mengakibatkan pemotongan harga dan laba yang lebih rendah. Pada akhir tahap ini, penjualan mulai jatuh.
d.      Penurunan
Selama tahap akhir, penjualan dan laba terus jatuh. Produk-produk baru dalam tahap perkenalan mengambil alih penjualan. Perusahaan membuang atau mengurangi dukungan promosi (iklan dan staf penjualan) tetapi tetap membiarkan produk tersebut beredar untuk memberikan laba tambahan.
2.      Memperpanjang Daur Hidup Produk
Pada kenyataannya, banyak perusahaan memperpanjang daur hidup produk melalui berbagai macam cara kreatif: Pasar luar negeri, misalnya, memberikan tiga pendekatan untuk memperpanjang daur hidup:
a.      Dalam perluasan produk
Produk yang telah ada dipasarkan secara global dalam bentuk yang sama, tanpa adanya modifikasi. Coca-cola dan jeans Levi’s 501 merupakan contoh utama product extension internasional yang berhasil.
b.      Melalui adaptasi produk
Produk dasar dimodifikasi agar memiliki daya tarik yang lebih besar di negara lain. Di Jerman, misalnya, menu McDonald’s mencakup bir, dan Ford menaruh kemudi di sebelah kanan untuk mobil yang di ekspor ke Jepang. Karena produknya mengalami perubahan, pendekatan ini biasanya lebih mahal daripada perluasan produk.
c.       Pengenalan ulang
Berarti membangkitkan kembali, ke pasar-pasar baru, produk-produk yang telah usang dalam pasar yang lama. NCR telah melakukan pengenalan ulang mesin kasir yang dioperasikan secara manual di Amerika Latin.[6]
C.    Proses Pengembangan Produk Baru
Produk-produk baru adalah sumber kehidupan bagi banyak organisasi. Hanya sedikit produk yang dapat hidup terus pada periode-periode perpanjangan, sehingga sebuah perusahaan harus menambah produk-produk baru untuk menjaga kesinambungan kemakmurannya. Beberapa produk baru kadang-kadang dihasilkan dari terobosan teknologi, sedangkan yang lainnya hanya perpanjangan dari lini produk yang telah ada.
1.      Tahap-Tahap dalam Pengembangan Produk Baru
a.      Memunculkan dan menyaring ide-ide produk baru
Proses ini dimulai dengan membangkitkan ide-ide untuk menciptkan penawaran-penawaran baru. Sebagian besar ide-ide yang sukses bekerja secara langsung untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atau menyelasaikan keluhan-keluhan pelanggan.
Dalam menyaring ide-ide, para pemasar mengevaluasi potensi komersial ide-ide tersebut. Beberapa organisasi menggunakan daftar standar pengembangan yang menjadi pedoman dalam memutuskan apakah sebuah ide harus ditinggalkan atau dipertimbangkan lebih lanjut.
b.      Pengembangan konsep dan analisis bisnis
Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk menentukan apakah ide-ide sesuai dengan produk, distribusi, dan kegiatan promosi perusahaan. Para pemasar juga menilai penjualan, keuntungan, tingkat pertumbuhan, dan daya saing perusahaan. Tahap ini meliputi pengujian konsep atau riset pemasaran yang dirancang untuk mengumpulkan reaksi-reaksi awal konsumen sebelum dilanjutkan dengan pengembangan produk baru.
c.       Prototipe atau proses pengembangan layanan dan percobaan
Ketika untuk pertama kali sebuah perusahaan mengubah sebuah ide menjadi sebuah produk fisik, pengeluaran-pengeluaran keuangan menjadi meningkat drastis. Pada tahap ini, perusahaan membuat sebuah prototipe fungsional atau sebuah deskripsi detail dari layanan yang akan diberikan. Proses konversi merupakan tanggung jawab bersama insinyur pengembang perusahaan dengan para pemasarnya, yang memberikan umpan balik atas reaksi konsumen terhadap usulan rancangan produk, kemasan, warna, dan gambaran fisik.
Untuk mengukur penerimaan konsumen terhadap sebuah produk, banyak perusahaan melakukan uji pasar terhadap penawaran terbaru mereka. Sampai tahap ini, tim pengembangan produk mendapat umpan balik dari konsumen. Uji pemasaran memperkenalkan versi percobaan dari sebuah produk baru, yang didukung oleh sebuah kampanye pemasaran yang lengkap. Hasil uji pasar membantu para manajer dalam menentukan kemungkinan kinerja produk pada sebuah peluncuran skala besar.
Namun, beberapa perusahaan melewati proses ini untuk kemudian melangkah langsung ke tahap komersialisasi, karena uji pemasaran merupakan proyek yang mahal dan membuat sebuah pergerakan dari pesaing dalam mempengaruhi produk. Secara umum para pemasar sebaiknya melakukan uji pemasaran hanya untuk produk-produk yang mempunyai kemungkinan besar untuk sukses.
d.      Komersialisasi
Pada tahap ini, perusahaan meluncurkan produknya ke pasar umum. Meskipun sebuah perusahaan menginvestasikan banyak waktu dan uang untuk memikirkan penetapan harga, pendistribusian, dan strategi promosi dalam mendukung penawaran produk baru, namun hal ini tidak menjamin keberhasilan perusahaan sampai konsumen mau menerima produk ini.
Sebuah perusahaan harus membuat program pemasaran, mendanai pengeluaran untuk fasilitas-fasilitas produksi, dan mempelajari kekuatan penjualannya, memperkenalkan produk baru kepada para perantara pemasaran dan kepada pelanggan potensial tentang produk barunya[7]
D.    Identitas Produk
Identitas produk meliputi unsur:
1.      Manfaat (Kebutuhan dan Keinginan)
2.      Bentuk (model, merk, bungkus)
3.      Teknologi (cara kerja, pembuatan, penggunaan)
Seringkali, identitas produk (desain bentuk, teknologi, merk, logo, slogan dan bungkus) dipandang sebagai pengembangan fisik produk. Akan tetapi, penampilan produk secara struktural (fisikal, chemikal, biologikal, maupun matematikal) tersebut mempunyai aspek psikologikal yang sangat komunikatif (atau tidak komunikatif) dengan pelanggan.
Karakter identitas produk mampu mengungkapkan:
1.      Daya tarik
2.      Simbol nilai-nilai
3.      Posisi produk
Model produk mampu dibedakan dengan produk pesaing apabila diperbandingkan. Produk mempunyai keunggulan yang kompetitif. Artinya, identitas produk yang spesial mempunyai daya tarik (appeal) bagi pelanggan. Dari bentuk botolnya konsumen akan mudah membedakan dan mengenali merk-merk shampoo. Desain produk yang unik akan lebih cepat menarik dan mudah dikenali apabila dipajang bersama-sama dengan produk pesaingnya.
Perancang produk yang dapat menagkap aspirasi konsumen mampu menerjemahlan (encoding) secara simbolik nilai-nilai yang diharapkan konsumen kedalam desain produk. Suatu produk dapat melambangkn kekuatan, kelembutan, kesempurnaan, perbedaan, dan sebagainya. Bahkan kekuatan lambang ini secara psikologis dapat melebihkan daripada konstruksi fisik produks itu sendiri. Dengan kekuatannya senditi, produk mampu berkomunikasi (menyampaikan pesan nilai-nilai) kepada pelanggannya.
Produk yang mempunyai identitas unik akan mendapat posisi tertentu dan menempatkan kembali (repositioning) posisi produk dalam persaingan. Posisi produk yang mantap akan dapat menciptakan citra produk maupun perusahaan (product and corporate image) dalam benak setiap pelanggan. Misalnya, Honda adalah mobil yang mahal tetapi awet. Mercedes merupakan mobil yang mewah dan nyaman.
E.     Lini Produk dan Strategi Bauran Produk
Lini produk sebuah perusahaan adalah sekelompok produk atau produk-produk yang saling berhubungan yang ditandai oleh kesamaan fisik atau diperuntukkan bagi pasar yang sama.[8] Contohnya: Sebuah perusahaan kosmetik memproduksi bedak, lipstik,dan maskara, ketiganya memiliki fungsi dan tujuan yang sama yaitu untuk mempercantik atau menghias diri maka dapat dikatakan itulah lini produknya. Sebuah perusahan dapat saja memiliki lebih dari satu lini produk. Contohnya: perusahaan kosmetik tersebut membagi lini produknya menjdi produk kecantikan untuk orangtua dan untuk remaja, pembagian tersebut dinamakan branch atau cabang dari lini produk
Sedangkan bauran produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen dan pengguna-pengguna bisnis.  Bisa juga diartikan sebagai total keseluruhan dari daftar produk atau lini produk sebuah perusahaan yang ditawarkan kepada konsumen
1.      Dimensi Bauran Produk
Dalam sebuah perusahaan, tentunya mereka ingin memperluas bisnis mereka dengan menciptakan beberapa produk baru yang dapat menyentuh konsumen pasar. Maka dari itu, ada yang namanya dimensi bauran produk yang salah satu tujuannya adalah untuk memudahkan perusahaan dalam mengembangkan bisnis mereka seperti yang dikatakan diatas. Diantaranya adalah:
1)      Lebar (Width)
Bauran produk mengacu pada berapa banyak lini produk berbeda yang dijual di perusahaan.
Misalnya, di suatu perusahaan awalnya hanya menjual minuman soda saja. Tetapi, ternyata konsumen menyukai minum teh instan, maka perusahaan tersebut membuat minuman teh gelas. Disini, perusahaan memperluas lini produk yang dijual di dalam perusahaan tersebut. Yang tadinya hanya tersedia minuman soda, sekarang sudah ada minuman teh instan.
2)      Panjang (Leght)
Bauran produk mengacu pada jumlah total produk dalam bauran
Jika yang tadi menambah lini produk baru, berbeda dengan yang ini. Maksud dari dimensi panjang adalah perusahaan menambah jumlah produk dalam bauran yang artinya masih dalam satu lini. Misalnya, perusahaan menjual detergen X, karena melihat konsumen begitu tergila-gila dengan detergen X tersebut, maka perusahaan memunculkan produk detergen baru (misal detergen Y) untuk menarik konsumen yang harapannya, tanggapan dari konsumen bisa memuaskan.
3)      Kedalaman (Depth)
Bauran produk mengacu pada banyaknya varian yang ditawarkan masing-masing produk dalam lini.
Kita sering melihat di minimarket, banyak sekali minuman dengan berbagai varian rasa. Misalnya: susu, ada rasa coklat, strawberi, vanila, dan sebagainya. Varian rasa itulah yang dinamakan dengan kedalaman.
4)      Konsistensi (consistency)
Seberapa dekat hubungan dari berbagai lini produk pada pengguna akhir, persyaratan produksi, saluran distribusi, atau dengan cara lain.
Konsistensi disini maksudnya adalah seberapa konsisten suatu perusahaan dalam menjual suatu produk. Misalnya, Perusahaan X konsisten bahwa dia akan terus menjual produk sabun, jadi tidak ada penjualan produk apapun selain sabun. Tetapi, biasanya jarang sekali ada perusahaan yang tidak menambah produk yang dijual, sehingga bisa dikatakan jarang sekali ada perusahaan yang konsisten[9]
F.     Strategi Penetapan Harga
1.      Harga
Setiap produk yang berhasil, menawarkan beberapa kegunaan atau menawarkan kekuatan untuk memuaskan keinginan. Namun, pilihan masing-masing individu menentukan besarnya nilai (value) barang dan jasa tertentu bagi seorang konsumen. Oleh karena itu, harga (price), yang merupakan nilai tukar sebuah barang atau jasa, menjadi faktor utama yang menentukan keputusan konsumen utnuk membeli.
2.      Alternatif Strategi Penetapan Harga
Strategi-strategi khusus yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan harga barang dan jasa, berasal dari strategi pemasaran yang mereka rumuskan untuk mencapai keseluruhan sasaran organisasi. Secara umum, perusahaan dapat memilih tiga alternatif strategi penetapan harga, diantaranya:
a.      Strategi penetapan harga skimming
Sebuah strategi yang sengaja menetapkan harga relatif lebih tinggi di bandingkan dengan harga produk-produk pesaing. Strategi penetapan harga ini sering berguna dalam memperkenalkan sebuah barang dan jasa khusus dengan sedikit atau tanpa pesaing, meskipun demikian strategi ini juga dapat digunakan pada hampir seluruh siklus hidup produk. Strategi ini memungkinkan sebuah manufaktur untuk mendapatkan kembali biaya-biaya penelitian dan pengembangnnya dengan cepat, dan strategi ini memungkinkan perusahaan memaksimalkan pendapatan melalui produk baru sebelum para pesaing masuk ke lahan tersebut. Para pemasar sering menggunakan strategi ini untuk mensegmentasikan sebuah pasar suatu produk secara keseluruhan berdasarkan harga. Keuntungan lainnya adalah membuat para pemasar dapat mengontrol permintaan pada tahap peluncuran dari siklus hidup produk, dan kemudian menyesuaikan produksi untuk memenuhi permintaan. Satu masalah besar yang terkandung dalam strategi skimming ini adalah bahwa strategi ini menarik masuknya pesaing.
b.      Penetapan harga penetrasi
Strategi ini menetapkan suatu harga rendah sebagai senjata utama pemasaran. Para pemasar sering membuat harga produk-produk baru terlihat lebih rendah dari yang ditawarkan oleh pesaing, pada saat mereka memasuki industri baru yang dicirikan dengan lusinan merek pesaing. Setelah produk dikenal di pasar melalui konsumen yang mencoba membeli yang didorong oleh harga yang rendah, kemudian para pemasar dapat menaikkan harga sampai ke tingkat`produk pesaing.
Penetapan harga penetrasi mengasumsikan bahwa menetapkan harga di bawah harga pasar akan menarik para pembeli dan menggeser sebuah merek pendatang baru yang tidak dikenal.
Karena banyak perusahaan memulai penetapan harga penetrasi dengan tujuan menaikan harga pada masa yang akan datang, kesuksesan tergantung pada kemampuan pemasar untuk menarik sebanyak mungkin konsumen membeli untuk mencoba-coba. Strategi ini dapat berjalan efektif ketika pengenalan sebuah produk baru menarik persaingan yang ketat. Strategi tertentu memungkinkan sebuah produk mencapai pasar masal dengan cepat dan menangkap sebuah pangsa pasar yang besar sebelum dimasuki para pesaing. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 25 persen dari perusahaan-perusahaan sering kali menggunakan strategi penetapan harga penetrasi.
Harga rendah setiap hari (everyday low pricing = EDLP) adalah strategi yang diambil untuk mempertahankan harga rendah terus menerus, dan bukan mengandalkan taktik pemotongan harga dalam jangka waktu pendek, seperti menggunakan kupon potongan harga, rebate (potongan harga), dan obral khusus. EDLP digunakan oleh para pengecer yang secara tetap memberikan harga rendah bagi para konsumen, para pembuat produk juga menggunakan EDLP untuk menetapkan harga yang stabil bagi para pengecer.
c.       Penetapan harga kompetitif
Meskipun banyak organisasi sangat mengandalkan harga sebagai sebuah senjata dalam bersaing, lebih banyak lagi perusahaan yang melaksanakan strategi penetapan harga kompetitif. Organisasi-organisasi tersebut mencoba mengurangi tekanan persaingan harga, dengan menyamakan dengan harga perusahaan lain dan mengkonsentrasikan usaha pemasaran mereka pada eemen produk, distribusi, dan unsur-unsur promosi dari marketing mix (bauran pemasaran). Pada kenyataannya, dalam industri dengan produk-produk yang relatif homogen, para pesaing harus menyamakan pengurangan harga satu sama lainnya, untuk mempertahankan pangsa pasar dan mempertahankan daya saing.
Dengan menetapkan harga produk mereka pada tingkat yang sama dengan penawaran dari pesaing, para pemasar meniadakan variabel harga pada strategi pemasaran mereka.[10]
G.    Manajemen Pemasaran
1.      Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen.
2.      Peranan Pemasaran
Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau jasa hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba. Sasaran dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior, menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan mudah, mempromosikan secara efektif serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan.[11]
3.      Segmentation, Targeting dan Positioning
a.      Segmentation
Dalam kegiatan bisnis, segmentasi pasar digunakan untuk memilih pasar sasaran, mencari peluang, menggerogoti segmen pemimpin pasar, merumuskan pesan, komunikasi, melayani lebih baik, menganalisis perilaku konsumen, mendesain produk, dan lain-lain. Selain itu, kegiatan bisnis, segmentasi pasar dapat digunakan untuk memasyarakatkan suatu undang-undang baru, melakukan kampanye sosial, mengkampanyekan pembayaran pajak, menyampaikan pesan-pesan politik, menggairahkan kehidupan beragama, mendidik para siswa dan lain-lain.
Segmentasi tidak dibutuhkan selama tidak ada persaingan, tetapi globasisai ekonomi dan kemajuan teknologi seperti ini tidak ada produsen yang bebas dari persaingan – era pasar umum sudah berakhir.
b.      Targeting
Targeting atau menetapkan target pasar adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Target market yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatan pemasaran. Kadang-kadang targeting juga disebut selecting karena marketer harus menyeleksi. Menyeleksi disini berarti marketer harus memiliki keberaniannya pada beberapa bagian saja (segmen) dan meninggalkan bagian lainnya.
c.       Positioning
Positioning bukan merupakan sesuatu yang anda lakukan terhadap produk, tetapi sesuatu yang anda lakukan terhadap otak calon pelanggan. Positioning bukanlah strategi produk tetapi strategi komunikasi, bagimana menempatkan produk dalam otak konsumen, sehingga calon konsumen memiliki penilaian tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan produk itu. Tentu saja bukan semua konsumen, tetapi konsumen yang ditargetkan tadi.[12]
4.      Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Marketing mix atau bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan; yang dipadukan oleh firm untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran.
Marketing mix adalah semua faktor yang dapat dikuasai oleh seseorang manajer pemasaran dalam rangka mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu : Product, Place, Price, Promotion (4P).
a.      Product
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan pada pasar baik produk nyata ataupun produk tidak nyata (jasa) sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan pasar.
b.      Place
Sering juga di sebut saluran distribusi, yang berarti keseluruhan kegiatan atau fungsi untuk memindahkan produk disertai dengan hak pemiliknya dari produsen ke konsumen akhir atau pemakai.
c.       Price
Harga adalah suatu nilai yang dinyatakan dalam bentuk rupiah guna pertukaran/transaksi atau sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Penetapan harga memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten dengan cara yang dipilih perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalam persaingan.
d.      Promotion
Pada hakikatnya promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha untuk menyaebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.[13]














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Dengan melihat perbedaan antara pasar-pasar konsumen dan pasar-pasar bisnis, produk dapat dikategorikan secara luas sebagi produk konsumen dan produk industri, tergantung untuk maksud apa seseorang membeli produk tersebut.
2.      Konsep daur hidup produk yang tahap-tahapnya terdiri dari perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan dan penurunan adalah suatu upaya untuk mengenali berbagai tahap yang berbeda dalam sejarah penjualan suatu produk
3.      Agar perusahaan dapat terus menjaga kesinambungan kemakmurannya, maka diperlukan sebuah inovasi untuk mengembangkan produk baru. Dimulai dari memunculkan dan menyaring ide-ide produk baru sampai pada tahap akhir yakni komersialisasi.
4.      Identitas produk yang meliputi unsur manfaat, bentuk dan teknologi harus memiliki daya tarik istimewa agar dapat mengkomunikasikan simbol nilai-nilai produk tersebut, sehingga produk dapat terposisikan dengan baik.
5.      Lini produk merupakan istilah bagi produk yang memiliki kesamaan fisik dan ditujukan pada pasar yang sama. Sedangkan bauran produk merupakan sekumpulan produk dari sebuah lini produk yang ditawarkan pada konsumen.
6.      Strategi-strategi khusus yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan harga barang dan jasa, berasal dari strategi pemasaran yang mereka rumuskan untuk mencapai keseluruhan sasaran organisasi.
7.      Manajemen Pemasaran adalah proses dan manajerial yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen.
8.      Terdapat tiga aspek penting dalam pemasaran; yakni, segmentasi, targeting dan positioning dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
9.      Bauran pemasaran adalah semua faktor yang dapat dikuasai oleh seseorang manajer pemasaran dalam rangka mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu : Product, Place, Price, Promotion (4P).






















DAFTAR PUSTAKA

           Boone  & Kurtz, 2002. Pengantar Bisnis Jilid 2. Jakarta: Erlangga.  
           Kotler, Philip & Keller, L. Kevin, 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Jakarta: Rineka Cipta.
           Griffin, W. Ricky & Ebert, J. Ronald., 2007. Bisnis. Jakarta: Erlangga.
           Anoraga, Pandji, 2009. Manajemen Bisnis, Jakarta: Rineka Cipta.
           _____ Diperoleh 22 Maret 2015, dari: https://marketingmixittelkom.wordpress.com/2011/12/18/bauran-produk-lini-produk-hmm/ (diakses: 22 Maret 2015)
           Agusatina Shinta, 2011. Manajemen Pemasaran, Jakarta: UB Press.


[1] Boone &Kurtz, Pengantar Bisnis Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 47.
[2] Philip Kotler & Kevin L. Keller, Manajemen Pemasaran Jilid 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 4.
[3] Boone &Kurtz, op.cit., hal. 48-51.
[4] Ricky W. Griffin & Ronald J. Ebert, Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 308-309.
[5] Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 232.
[6] Ricky W. Griffin & Ronald J. Ebert, op.cit., hal.313-314.
[7] Boone &Kurtz, op.cit., hal. 57-60.
[8] Ibid., hal. 56
[10] Boone &Kurtz, op.cit., hal. 69-78
[11] Agusatina Shinta, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: UB Press, 2011), hal. 2.
[12] Ibid, hal. 62-72.
[13] Ibid, hal. 76-120.

Subscribe to receive free email updates: