MAKALAH PENGANTAR ILMU
EKONOMI
KEBIJAKAN MONETER
IAIN Raden Intan Lampung |
OLEH KELOMPOK 5 (KELAS B):
ALDEA ROSA
: 142104247
ILHAM
ARIF IHSANI : 1421040305
KURNIA
SAPUTRI : 1421040316
LIA
ARIYANTI : 1421040121
MIA APRILIA
: 1421040330
WIDYA
AGUSTINA : 1421040235
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
RADENINTAN LAMPUNG
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN
EKONOMI SYARIAH
2014
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kepada Allah Subhana Wa Ta’ala yang atas rahmat dan karunia-Nya yang
dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat
pada waktunya, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi, dengan judul Kebijakan Moneter.
Dalam makalah ini kami membahas
topik tentang kebijakan moneter yang terdiri dari beberapa poin mengenai
ketentuan definisi dan pengertian kebijakan moneter, instrumen kebijakan moneter,
kebijakan moneter dan keseimbangan ekonomi dengan analisis IS-LM, efektivitas
kebijakan moneter.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami
menemui beberapa permasalahan, namun karena ini amanah kewajiban bagi kami di
bangku kuliah maka kami akan berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
tugas makalah ini, maka kami ucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak
Ahmad Habibi, S.E, M.E, , yang telah memberikan tugas perdana dalam mata kuliah
Pengantar Ilmu Ekonomi ini, kamipun dengan tugas makalah ini, banyak sekali
mendapatkan beberapa pengalaman dalam menyusun dan mengerjakan tugas makalah
dengan sistem berkelompok, yang nantinya akan berguna dalam dunia perkuliahan.
2.
Beberapa
pihak yang turut dalam menyelesaikan tugas makalah ini yang tidak dapat kami
sebut satu persatu yang sangat berperan penting dalam isi materi yang kami
kemukakan dalam makalah ini.
Kamipun
sangat menyadari bahwa dalam peyusunan makalah ini masih jauh dari kesmpurnaan,
namun demikian telah memberikan manfaat bagi kami. Akhir kata semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kamipun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang nantinya akan kami gunakan untuk mengevaluasi makalah kami untuk
lain waktu.
Bandar
Lampung, 10 Oktober 2014
Kelompok 5
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar........................................................................................................ii
Daftar
Isi................................................................................................................iii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang Masalah................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................... 2
C.
Tujuan
Penulisan............................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A.
Definisi
dan Pengertian Kebijakan Moneter......................................................... 3
B.
Instrumen
Kebijakan Moneter............................................................................ 3
C.
Kebijakan
Moneter dan Keseimbangan Ekonomi dangan Analisi IS-LM............... 14
D.
Efektivitas
Kebijakan Moneter.......................................................................... 17
E.
Kemungkinan
Hasil Kebijakan Moneter............................................................. 22
BAB
III KESIMPULAN......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
gambaran mengenai dampak kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam
bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakam laju pertumbuhan yang dibentuk dari
berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi
yang tinggi tetapi stabil tidaklah pekerjaan yang mudah untuk dilaksanakan, ini
gambarkan seperti mata uang dua sisi, kadang dicapai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi tapi tidak stabil. Untuk mencapai inilah diperlukan kebijakan moneter.
Kebijakan moneter bertujuan mengarahkan
perekonomian makro ke kondisi yang lebih baik dan atau diinginkan. Kondisi-kondisi
tersebut diukur dengan menggunakan indikator-indikator makro utama seperti
terpeliharanya pertumbuhan ekonomi yang baik, stabilitas harga umum yang
terkendali, dan menurunnya tingkat pengangguran.
Sesuai dengan kondisi perekonomian
masyarakat Indonesia yang kegiatannya bertumpu pada aset keuangan kredit
perbankan, maka pemerintah perlu melaksanakan kebijakan moneter melalui
pengelolaan instrumen-instrumen kebijakan moneter itu sendiri, sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi struktur potensi ekonomi masyarakat yang akan digerakkan. Kebijakan moneter tujuannya adalah untuk
mencapai stabilisasi ekonomi. Berhasil tidaknya tujuan dari kebijakan moneter
tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, pertama: kuat tidaknya hubungan kebijakan
moneter dengan kegiatan ekonomi tersebut, kedua: jangka waktu perubahan
kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Apa
difinisi dan pengertian dari kebijakan moneter?
2.
Apa
saja instrumen dari kebijakan moneter dan pengertiannya?
3.
Apa
hubungan kebijakan moneter dan keseimbangan ekonomi dengan analisis IS-LM?
4.
Apa
efektivitas dari kebijakan moneter?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk
1.
Mengetahui
difinisi dan pengertian dari kebijakan moneter.
2.
Mengetahui
instrumen dari kebijakan moneter dan pengertiannya.
3.
Mengetahui
hubungan kebijakan moneter dan keseimbangan ekonomi dengan analisis IS-LM.
4.
Mengetahui
efektivitas dari kebijakan moneter.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi / Pengertian Kebijakan Moneter (Monetary
Policy)
Kebijakan
Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan
harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan dan atau
terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol). Melalui kebijakan moneter
pemerintah dapat mempertahankan,menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dalam
upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh,sekaligus mengendalikan
inflasi.
Jika yang di lakukan
menambah uang beredar,maka pemerintah dikataan menempuh kebijkan moneter
ekspnsif (monetary expansive). Sebaliknya jika jumlah uang beredar dikurangi,
pemerintah menempuh kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive)1
B. Instrumen Kebijakan
Moneter
Kebijakan
moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu
antara lain :
1.
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi
pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah
jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga (open market
buying). Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah
akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat (open market selling).
Tujuan kebijakan operasi pasar terbuka ini ialah2
a. Menjaga kestabilan harga obligasi atau
surat berharga dengan jalan menstabilkan tingkat bunga.
b. Memperkuat pengaruh dari perubahan
tingkat diskonto, dalam artian ikut mendorong naik-turunnya tingkat bunga
pinjaman.
c. Pengembangan dan penyelamatan hutang
pemerintah.
Guna lebih mengefektifkan operasi pasar terbuka
ini,Bank Indonesia telah mengembangkan kedua instrumen yaitu SBI atau singkatan
dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga
Pasar Uang.
Jika
ingin mengurangi jumlah uang beredar, pemerintah menjual SBI dan atau SBPU. Melalui
penjualan tersebut uang yang ada dalam masyarakat ditarik sehingga jumlah uang
beredar berkurang,biasanya penjualan SBI/SBPU dilakukan bila jumlah uang
beredar dianggap sudah mengganggu stabilitas perekonomian.
Agar perbankan lebih
mampu memberikan kredit yg akan memacu prtunbuhan ekonomi,maka SBI dan SBPU
yang telah dijual dibeli kembali. Melalui pembelian itu pemerintah mengeluarkan
uang sehingga menambah jumlah uang beredar.3
2.
Fasilitas Diskonto
(Discount Rate)
Pengertian dari fasilitas diskonto adalah
pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral
pada bank umum.4
Yang dimaksud dengan tingkat bunga diskonto
ialah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum yang
meminjamkan ke bank sentral. Dalam kondisi tertentu, bank-bank mengalami
kekurangan uang, sehingga harus meminjam kepada bank sentral. Kebutuhan bank
umum untuk meminjam inilah yang dimanfaatkan pemerintah untuk mengurangi atau
menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat.5
Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang yang
beredar, maka pemerintah menurunkan tingkat bunga diskonto. Dengan menurunkan
tingkat bunga diskonto atau bunga pinjaman dari bank sentral, maka tingkat
bunganya akan lebih murah, yang menyebabkan keinginan bank-bank untuk meminjam
uang dari bank sentral pun akan bertambah. Sebaliknya bila pemerintah ingin
mengurangi jumlah uang yang beredar atau menahan laju pertambahan jumlah uang
di masyarakat, pemerintah melalui bank sentral akan menaikkan tingkat bunga
pinjaman. Hal tersebut akan mengakibatkan keinginan bank umum untuk meminjam
uang pada bank sentral menurun, sehingga akan menahan dan mengurangi jumlah
uang yang beredar di masyarakat.
Dalam kondisi tertentu, tingkat diskonto Bank
Sentral dapat mengatur dengan tepat tingkat suku bunga pasar atau setidaknya
suku bunga jangka pendek. Sebagai contoh andaikan bahwa diperoleh dua kondisi:
(1) Bank Sentral bersedia secara bebas meminjamkan pada tingkat diskonto yang
ditetapkannya; dia tidak memakai metode penjatahan lain dan hanya bertumpu pada
tingkat diskoonto untuk mengatur volume pinjamannya. (2) lembaga deposito tidak
keberatan terhadap pinjaman Bank Sentral , dengan tujuan untuk memaksimumkan
keuntungan mereka, mereka meminjam dari Bank Sentral dan meminjamkan kapan saja
suku bunga pasar melebihi tingkat diskonto oleh suatu jumlah yang cukup untuk menutup biaya dari beban resiko dan
administrasi pinjaman. Dalam kondisi seperti ini tingkat diskonto Bank Sentral
dapat mendominasi suku bunga pasar. Menaikkan dan menurunkan tingkat diskonto,
akan hampir secara otomatis menaikkan atau menurunkan suku bunga pasar
3. Rasio Cadangan Wajib
Rasio
cadangan wajib ialah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
cadangan dana perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah
jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang yang beredar, pemerintah menaikkan rasio cadangan wajib.7
Jika rasio cadangan diperbesar, maka kemampuan
bank memberikan kredit akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Perubahan
cadangan wajib merupakan alat atau instrumen yang ampuh untuk manajemen
moneter. Perubahan dalam presentase yang kecilpun dapat mempunyai pengaruh yang
nyata atas kondisi moneter dan kredit.8
4. Imbauan
moral (moral persuasion)
Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif ini merupakan
metode atau cara untuk menghimbau para bankir dan pengusaha untuk mengikuti dan
mentaati kebijakan yang telah ditetapkan oleh bank sentral.9 Dengan imbauan
moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau mengendalikan jumlah uang
beredar. Misalnya, gubernur bank indonesia dapat memberi saran agar perbankan
berhati-hati dalam memberikan kredit atau membatasi keinginannya meminjam uang
dari bank sentral (berhati-hati menggunakan fasilitas diskonto)
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No.3 tahun
2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Moral persuasion atau imbauan moral
adalah kebijakan moneter kualitatif, karena sifat kebijakan tersebut hanya
himbauan dan implikasinya tidak dapat diprediksi, semua aplikasinya sangat
tergantung dari kemauan dan niat baik para pemimpin bank-bank umum.10
C. Kebijakan Moneter dan Keseimbangan Ekonomi:
Analisis IS-LM
Kebijakan moneter dikatakan efektif
bila mampu mengendalikan tingkat output
dan atau harga. Untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan moneter, peralatan
analisis yang paling sederhana namun komprehensif adalah kurva IS-LM
1.
Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Keseimbangan
Pasar Uang-Modal
Pasar Uang adalah yang menemukan
permintaan uang (L) dan penawaran uang (M). Menurut John Maynard Keynes, motif
permintaan uang masyarakat ada tiga yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga dan
untuk spekulasi. Kurva LM adalah kurva yang menunjukan besarnya pendapatan
nasional pada berbagai tingkat bunga yang memenuhi syarat keseimbangan di pasar
uang. Syarat keseimbangan di pasar uang adalah L sama dengan M (L=M)
Keseimbangan di Pasar Modal)/Capital Assets Pricing Model (CAPM)
CAPM merupakan
suatu alat untuk memprediksi keseimbangan return yang diharapkan dari suatu
asset berisiko dengan risiko dari asset tersebut saat pasar dalam kondisi
seimbang. CAPM dapat digunakan untuk mengestimasikan return suatu sekuritas dan
dapat membantu menyederhanakan gambaran realitas hubungan return dan risiko
dalam dunia nyata yang terkadang sangat kompleks.
Garis Pasar
Modal (CML: Capital Market Line) merupakan garis yang menunjukkan semua
kemungkinan kombinasi portofolio efisien yang terdiri dari aktiva-aktiva
berisiko dan aktiva bebas risiko. Harga pasar dan risiko menunjukkan tambahan
return yang dituntut oleh pasar karena adanya kenaikan risiko portofolio
relative terhadap risiko pasar.
Keseimbangan pasar uang-modal
tercapai bila permintaan uang (liquidity
preference, disingkat L) telah sama dengan penawaran uang (money supply, disingkat M). Secara grafis kondisi keseimbangan pasar uang
dan modal digambarkan oleh kurva LM. Untuk menurunkan kurva LM dibutuhkan kurva
penawaran uang dan kurva permintaan uang, LM menunjukan kondisi ketidak seimbangan
pasar uang dan modal.
2
. Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Keseimbangan Ekonomi
Pergeseran kurva LM karena pengaruh
perubahan jumlah uang beredar yang dilakukan pemerintah akan mempengaruhi
keseimbangan ekonomi, karna mengubah titik potong kurva IS-LM, yang berarti
mengubah titik potong keseimbangan ekonomi . Diagram 3 berikut ini menunjukan kondisi keseimbangan awal
terjadi pada tingkat pendapatan Y* 0
dan tingkat bunga R0
.
Jika pemerintah menambah jumlah uang yang beredar, kurva LM bergeser ke kanan
(dari LM 0 ke LM 1 ), sehingga titik keseimbangan juga
bergeser dari
ke E1.
pada titik keseimbangan yang baru (E1),
output keseimbangan adalah Y*1 yang lebih besar daripada Y*0,
sedangkat tingkat bunga adalah r1
yang lebih
daripada R 0 . Dengan kata lain, kebijakan moneter ekspansif dalam
konteks diagram 3 telah berhasil memacu pertumbuhan ekonomi dan menurunkan
tingkat bunga. Dalam perekonomian pasar, kenaikan tingkat bunga mengindikasikan
telah terjadinya kelebihan permintaan investasi. Akibatnya dapat dilihat dari
dua sisi:
1.
Sisi
Output
Kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan ada beberapa rencana investasi yang
dibatalkan, sebagai akibatnya pertambahan kapasitas produksi menjadi lebih
kecil.
2.
Sisi
Biaya
Kenaikan tingkat bung akan menaikan biaya produksi dikarenakan naiknya biaya
modal.
Dari kedua hal diatas, akibatnya kenaikan tingkat bunga akan memicu terjadinya
inflasi.
C. Kebijakan Moneter dan Keseimbangan Ekonomi:
Analisis IS-LM
Kebijakan moneter dikatakan efektif
bila mampu mengendalikan tingkat output
dan atau harga. Untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan moneter, peralatan
analisis yang paling sederhana namun komprehensif adalah kurva IS-LM
1.
Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Keseimbangan
Pasar Uang-Modal
Pasar Uang adalah yang menemukan
permintaan uang (L) dan penawaran uang (M). Menurut John Maynard Keynes, motif
permintaan uang masyarakat ada tiga yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga dan
untuk spekulasi. Kurva LM adalah kurva yang menunjukan besarnya pendapatan
nasional pada berbagai tingkat bunga yang memenuhi syarat keseimbangan di pasar
uang. Syarat keseimbangan di pasar uang adalah L sama dengan M (L=M)
Keseimbangan di Pasar Modal)/Capital Assets Pricing Model (CAPM)
CAPM merupakan
suatu alat untuk memprediksi keseimbangan return yang diharapkan dari suatu
asset berisiko dengan risiko dari asset tersebut saat pasar dalam kondisi
seimbang. CAPM dapat digunakan untuk mengestimasikan return suatu sekuritas dan
dapat membantu menyederhanakan gambaran realitas hubungan return dan risiko
dalam dunia nyata yang terkadang sangat kompleks.
Garis Pasar
Modal (CML: Capital Market Line) merupakan garis yang menunjukkan semua
kemungkinan kombinasi portofolio efisien yang terdiri dari aktiva-aktiva
berisiko dan aktiva bebas risiko. Harga pasar dan risiko menunjukkan tambahan
return yang dituntut oleh pasar karena adanya kenaikan risiko portofolio
relative terhadap risiko pasar.
Keseimbangan pasar uang-modal
tercapai bila permintaan uang (liquidity
preference, disingkat L) telah sama dengan penawaran uang (money supply, disingkat M). Secara grafis kondisi keseimbangan pasar uang
dan modal digambarkan oleh kurva LM. Untuk menurunkan kurva LM dibutuhkan kurva
penawaran uang dan kurva permintaan uang, LM menunjukan kondisi ketidak seimbangan
pasar uang dan modal.
2
. Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Keseimbangan Ekonomi
Pergeseran kurva LM karena pengaruh
perubahan jumlah uang beredar yang dilakukan pemerintah akan mempengaruhi
keseimbangan ekonomi, karna mengubah titik potong kurva IS-LM, yang berarti
mengubah titik potong keseimbangan ekonomi . Diagram 3 berikut ini menunjukan kondisi keseimbangan awal
terjadi pada tingkat pendapatan Y* 0
dan tingkat bunga R0
.
Jika pemerintah menambah jumlah uang yang beredar, kurva LM bergeser ke kanan
(dari LM 0 ke LM 1 ), sehingga titik keseimbangan juga
bergeser dari
ke E1.
pada titik keseimbangan yang baru (E1),
output keseimbangan adalah Y*1 yang lebih besar daripada Y*0,
sedangkat tingkat bunga adalah r1
yang lebih
daripada R 0 . Dengan kata lain, kebijakan moneter ekspansif dalam
konteks diagram 3 telah berhasil memacu pertumbuhan ekonomi dan menurunkan
tingkat bunga. Dalam perekonomian pasar, kenaikan tingkat bunga mengindikasikan
telah terjadinya kelebihan permintaan investasi. Akibatnya dapat dilihat dari
dua sisi:
1.
Sisi
Output
Kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan ada beberapa rencana investasi yang
dibatalkan, sebagai akibatnya pertambahan kapasitas produksi menjadi lebih
kecil.
2.
Sisi
Biaya
Kenaikan tingkat bung akan menaikan biaya produksi dikarenakan naiknya biaya
modal.
Dari kedua hal diatas, akibatnya kenaikan tingkat bunga akan memicu terjadinya
inflasi.
Apabila
pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar, yang terjadi adalah sebaliknya.
Bergesernya kurva LM ke kiri (dari LM0 ke LM2) menyebabkan titik keseimbangan
bergeser ke E2. Pada saat itu output
keseimbangan adalah Y*2 yang lebih kecil daripada Y*0 sedangkan tingkat bunga naik (dari r0 ke r2 ), yang
berarti telah terjadi inflasi.11
D .Efektivitas
Kebijakan Moneter
Secara grafis hasil dari kebijakanmoneter pemerintah sangat ditentukan oleh kondisi
pasar barang- jasa dan pasar uang-modal, yang digambarkan oleh
sudutkemiringan kurva IS dan kurva LM.
1. Sudut
Kemiringan Kurva IS
Kurva IS lurus
sejajar dengan sumbu vertikal. Kurva IS yang seperti ini terjadi karna permintaan
investasi tidak sensitif terhadap perubahan tingkat bunga (kurva 1 tegak
lurus). Sebaliknya kurva IS 2 terbentuk dari kurva 1 yang mendatar sejajar
dengan sumbu horizontal. Artinya kurva investasi elastis sempurna. Sedangkan
kurva Is 3 terbentuk dari kurva investasi yang bersudut negatif, dalam arti ∂ I
/ ∂r ≤ 0.
Memberi
gambaran tentang tingkat sensitivitas permintaan investasi terhadap perubahan
tingkat bunga. Jika tingkat investasi semakin sensitif terhadap perubahan suku
bunga, maka kurva permintaan investasi makin mendatar yang akan menghasilkan
kurva Is menjadi semakin mendatar juga. Sebaliknya jika tingkat investasi makin
sensitif terdapat perubahan tingkat bunga. Maka kurva investasi akan curam,
yang akan menghasilkan kurva IS makin curam .perhatikan kurva berikut. Pergeseran
kurva IS menunjukan terjadinya perubahan tingkat investasi otonomus.
Jika
investasi kurva otonomus meningkat maka kurva investasi akan bergeser kekanan
yang menyebabkan kurva IS bergeser kekanan. Sebaliknya jika investasi kurva
otonomus berkurang maka kurva investasi akan bergeser kekiri yang menyebabkan
kurva IS bergeser kekiri pula.
2.
Sudut kemiringan kurva LM
Kurva
LM1 berbentuk tegak lurus sejajar sumbu vertikal. Kurva ini
diturunkan dari kurva permintaan uang untuk spekulasi (Msp) yang
tegak lurus. Artinya, permintaan uang untuk spekulasi tidak sensitif terhadap
perubahan tingkat bunga. Dapat juga dikatakan bahwa permintaan uang semata –
mata ditentukan oleh permintaan uang untuk transaksi yang merupakan fungsi
pendapatan.
Kurva
LM3 merupakan kebalikan dari kurva LM. Karena kurva LM3
merupakan turunan dari kurva permintaan uang untuk spekulasi (Msp),
maka bentuk kurva ini datar dan sejajar dengan sudut horizontal. Artinya,
permintaan uang untuk spekulasi sangat sensitif (sensitif sempurna) terhadap
perubahan tingkat bunga. Menurut keynes, pada posisi ini dapat disebut sebagai
perangkap likuiditas atau jerat likuiditas (liquidity
trap) dan biasanya terjadi pada tingkat bunga yang sangat rendah.
Kurva LM2
adalah kurva LM yang terbentuk dari kurva permintaan uang untuk spekulasi yang
bersudut negatif. Daerah kurva LM yang mendatar sering disebut sebagai daerah
keynesian, kurva LM yang tegak lurus sering disebut daerah klasik, dan daerah
yang berada diantara daerah ektrem adalah daerah antara.12
BAB
III
KESIMPULAN
1. Kebijakan
Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian.
2. Untuk
menambah uang beredar,maka pemerintah dikataan menempuh kebijkan moneter
ekspnsif (monetary expansive). Sebaliknya jika jumlah uang beredar dikurangi,
pemerintah menempuh kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive).
3. Operasi
pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah.
4. Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang
yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.
5. Rasio cadangan wajib ialah mengatur jumlah uang yang
beredar dengan memainkan jumlah cadangan dana perbankan yang harus disimpan
pada pemerintah.
6. Imbauan
moral merupakan instrumen kebijakan moneter yang bersifat kualitatif, merupakan
metode atau cara untuk menghimbau para bankir dan pengusaha untuk mengikuti dan
mentaati kebijakan yang telah ditetapkan oleh bank sentral.
7. Kebijakan
moneter dikatakan efektif bila mampu mengendalikan tingkat output dan atau harga. Untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan
moneter, peralatan analisis yang paling sederhana namun komprehensif adalah
kurva IS-LM.
8. Yang
mempengaruhi keseimbangan ekonomi adalah pergeseran kurva LM karena pengaruh
perubahan jumlah uang beredar yg dilakukan pemerintah sehingga mengubah titik
potong kurva IS-LM, yang berarti mengubah titik potong keseimbangan ekonomi.
Kebijakanmoneter ekspansif berhasil memicu pertumbuhan ekonomi dan menurunkan
tingkat bunga. Dalam perekonomian pasar. Kenaikan tingkat bunga mengindikasikan
telah terjadinya kelebihan permintaan investasinya
9. Keseimbangan
pasar uang modal pada saat pemerintah menambah jumlah uang beredar, maka untuk membuat
pasar uang modal meningkat, maka tingkat bunga harus diturunkan. Maka kurva LM
akan beregeser ke kanan. Dan apabila pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar
maka untuk mencapai keseimbangan pasar uang modal maka tigkat bunga dinaikkan,
sehngga kurva LM brgser ke kiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Goldfeld , Stephen M & Lester V.
Chandler.1998. Ekonomi Uang Dan Bank edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga.
Iswardono. 2004. Kapita Selekta Ekonomi Monete. Jakarta: Percetakan Gunadarma.
Rahardja,
Prathama & Mandala Manurung. 2008. Pengantar
Ilmu Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Wikipedia.org,” Kebijakan Moneter”. Kamis 9 Oktober,
2014. id.m.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter.
Footnote
1. Prathama
Rahardja & Mandala Manurung, Pengantar
Ilmu Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia , 2008) hal 435.
2.Iswardono,Kapita Selekta Ekonomi Moneter, (Jakarta: Percetakan Gunadarma , 2004) hal 93.
3. Prathama
Rahardja & Mandala Manurung, Op. cit., hal 436
4. Wikipedia, Kebijakan Moneter, id.m.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter,
diakses 9 Oktober 2014, jam 06.31 WIB
5. Prathama Rahardja & Mandala Manurung, Op. cit., hal 436
7 .Wikipedia, Kebijakan
Moneter, id.m.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter, diakses 9 Oktober 2014,
jam 06.33 WIB
8. Stephen
M. Goldfeld & Lester V. Chandler, Op. cit., hal 281
9. Iswardono, Op.
cit.,hal 95.
10. Prathama Rahardja & Mandala
Manurung, Op. cit., hal 437
11. Ibid.,
hlm 437-440
12 Ibid., hlm 441-442