BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pandangan hidup merupakan suatu dasar
atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup
ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua
perbuatan tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus merupakan pancaran
dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut filsafat
hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai
oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup itu perlu
dimiliki oleh semua orang dan semua golongan.
Muslim sejati hendaknya memiliki pandangan
hidup yang Islami, agar apa yang ia lakukan senantiasa berlandaskan pada
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menyusun
makalah yang berjudul, “Manusia Dan Pandangan Hidup Yang Islami”, agar dapat
membantu kita semua memiliki pandangan hidup yang islami, yang berdasarkan pada
Al-Qur’an dan Hadits.
B.
Rumusan
Masalah
1. Mengapa
perlu adanya pandangan hidup manusia?
2. Apa
saja sumber pandangan hidup manusia?
3. Apa
saja aliran keyakinan atau kepercayaan yang mendasari pandangan hidup manusia?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
dan Mejelaskan pandangan hidup manusia
2. Mendeskripsikan
sumber-sumber pandangan hidup manusia
3. Menjabarkan
alira-aliran keyakinan atau kepercayaan yang mendasari pandangan hidup manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PANDANGAN HIDUP DAN IDEOLOGI
1.
Pandangan
Hidup
Pandangan
hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh sutau masyarakat, yang dipilih secara
selektif oleh para individu dan golongan di dalam masyarakat (Koentjaraningrat,
1980). Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup.
Cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan
kehidupan. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu (Suyadi, M.P., 1985).
Pandangan
hidup merupakan bagian dari hidup manusia. Tidak ada seorang pun yang hidup
tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup itu
mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan hidup ini mencerminkan
cita-cita atau aspirasinya (Manuel Kaisiepo, 1982). Apa yang dikatakan oleh
seseorang adalah pandangan hidup karena dipengaruhi oleh pola berpikir
tertentu. Tetapi, terkadang sulit dikatakan suatu itu pandangan hdiup, sebab
dapat pula hanya suatu idelisasi belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir yang
sedang berlangsung di dalam masyarakat.[1]
Biasanya
orang akan selalu ingat dan taat kepada Sang Pencipta bila sedang dirundung
kesusahan. Namun, bila sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan,
mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya, berkurang rasa pengabdiannya
kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
1) Kurangnya penghayatan pandangan
hdiup yang diyakini
2) Kurangnya keyakinan pandangan
hidupnya
3) Kurang memahami nilai dan tuntutan
yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
4) Kurang mampu mengatasi keadaan
sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya.
5) Atau sengaja melupakannya demi
kebutuhan diri sendiri. (Habib Mustopo, 1986)
Manuel Kaisiepo (1982) dan
Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan hidup bersifat elastis.
Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat
positif.[2]
Bahkan pandangan hidup dapat terjadi tidak dengan kesadaran atau “kesadaran
yang dinyatakan,” tetapi “kesadaran yang tak dinyatakan”, sebagai akibat
kepengapan kondisi.[3]
2.
Sumber Pandangan Hidup
Ada
bermacam-macam sumber pandangan hidup. Ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
1) Pandangan hidup yang bersumber dari
agama (pandangan hidup muslim). Kebenarannya mutlak. Contoh, pandangan muslim
bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (sikap, perkataan, dan perbuatan Nabi
Muhammad SAW). Dengan demikian maka, pandangan hidup muslim adalah kesetiaannya
kepada Islam tentang berbagai masalah asasi hidup manusia, yang merupakan
jawaban muslim yang berorientasi terhadap Islam mengenai berbagai persoalan
pokok hidup manusia yang tersimpul dalam Al-Qur’an dan Hadits.[4]
Pandangan hidup muslim terdiri atas:
a.
Pedoman hidup ialah Al-Qur’an (QS Al-Baqarah : 2) dan
As-Sunnah
b.
Dasar hidupnya ialah Islam
c.
Tujuan hidupnya
1)
Berdasarkan arahnya ialah (1) tujuan hidup vertikal
mendapatkan keridhaan Allah (QS Al-Baqarah : 207), (2) tujuan hidup horizontal
ialah kebahagiaan dunia dan akhirat (QS Al-Baqarah : 201) serta menjadi rahmat
bagi segenap alam (QS Al-Anbiya : 107).
Ditinjau dari segi lingkungan:
a)
Tujuan sebagai individu (QS Al-Baqarah : 208)
b)
Tujuan sebagai anggota keluarga (QS Ar-Rum : 21)
c)
Tujuan sebagai warga lingkungan (QS Saba’ : 15)
d)
Tujuan sebagai warga negara atau bangsa (QS Saba’ : 15)
e)
Tujuan sebagai warga dunia (QS Al-Qasas : 77)
f)
Tujuan sebagai warga alam semesta (universum) (QS Al-Baqarah
: 107)
d.
Tugas hidup muslim adalah ibadah (QS Az-Zariyat : 56),
termasuk ibadah dalam arti khusus dan arti luas.
e.
Fungsi hidup muslim adalah (1) sebagai khalifah dimuka bumi,
yaitu menerjemahkan segala sifat-Nya ke dalam perikehidupan dan penghidupan
sehari-hari dalam batas-batas kemanusiaan (kemampuan), melaksanakan segala yang
diridhai Allah diatas persada buana ciptaan Allah (QS Al-Baqarah : 30). (2) sebagai
fungsi risalah atau penerus risalah (ajaran) Nabi, pengemban tugas dakwah
kepada segenap umat manusia (QS Ali-Imran : 104).
f.
Alat hidup muslim adalah harta benda dan segala sesuatu yang
dimilikinya, jiwa raga dan sebagainya.
g.
Teladan hidupnya adalah Nabi Muhammad, utusan Allah (QS
Al-Qalam:4). Hadits: “Sesungguhnya aku
dibangkitkan untuk menyempurnakan akhlak yang utama, budi yang tinggi.”
h.
Kawan hidup muslim dalam arti khusus adalah suami atau istri
yang taat kepada Allah (QS Ar-Rum : 21, QS Al-A’raf : 189, QS At-Taubah : 71,
QS An-Nisa : 34)
i.
Lawan hidup muslim adalah setan (QS An-Nas : 4-6)
Pandangan hidup muslim, ruang
lingkupnya meliputi seluruh bidang hidup manusia. Ia hendak menuang bukan saja
kehidupan perseorangan, melainkan juga susunan masyarakat manusia kedalam
pola-pola yang sehat sehingga ajaran Islam dapat dibangun dengan
sebenar-benarnya di permukaan bumi (Maududi, 1979).
2) Pandangan hidup yang bersumber dari
ideologi merupakan abstraksi dari nilai-nilai budaya suatu negara atau bangsa.
Misalnya ideologi Pancasila dapat merupakan sumber pandangan hidup, sebagimana
halnya P4.
3) Pandangan hidup yang bersumber dari
hasil perenungan seseorang sehingga dapat merupakan ajaran atau etika untuk
hidup, misalnya aliran-aliran kepercayaan.
3.
Ideologi
Ideologi menurut William (1959) mengandung dua hal, yaitu:
1) Unsur-unsur filsafat yang digunakan,
atau usulan-usulan yang digunakan sebagai dasar untuk kegiatan.
2) Pembenaran intelektual untuk
seperangkat norma-norma, seperti kapitalisme dan sebagainya.
Ideologi merupakan komponen dasar
terakhir dari sistem-sistem sosio-budaya. Pengertian ini menyangkut
sistem-sistem dasar kepercayaan dan petunjuk hidup sehari-hari. Suatu ideologi
bagi masyarakat tersusun dari tiga unsur, yaitu (1) pandangan hidup, (2)
nilai-nilai, (3) norma-norma (Lenski), 1974).
Pendapat
ini menunjukkan bahwa pandangan hidup itu merupakan bagian dari ideologi
kebudayaan dapat membuat kemungkinan-kemungkinan menjawab pertanyaan mengapa
(why) tentang sesuatu dari kehidupan. Untuk menjawabnya, masyarakat
mengekspresikan hasil kebudayaannya untuk mencapai beberapa pengertian. Dalam
kenyataannya ternyata ilmu pengetahuan mampu menjawab pertanyaan mengapa
(why)-nya sesuatu, tetapi sekaligus mengundang pertanyaan-pertanyaan
selanjutnya.
Pada
abad ke-18 dan awal abad ke-20, banyak orang berpikir bahwa ilmu pengetahuan
dapat menggantikan semua kedudukan ideologi (termasuk pandangan hidup) dan
merupakan pelengkap terakhir dari keterbatasan pandangan hidup. Sudah mafhum
bahwa sains modern telah memikirkan segala sesuatu, bahkan mendidik pribadi
untuk bersikap mengambil sejumlah kemudahan dalam merumuskan pandangan
hidupnya. Tetapi, lambat laun sains tidak dapat menghasilkan kreasinya, dalam
kenyataan ia menghindar dari soal-soal alam yang mendasar tentang realitas.
Seperti
diuraikan di muka, di dalam ideologi tidak hanya ada norma dan pandangan hidup,
tetapi ada nilai-nilai. Hanya yang penting ialah bahwa nilai-nilai itu
cenderung mengikat pandangan hidup. Pandangan hidup merupakan pelengkap
nilai-nilai dalam membuat pembenaran atau rasionalisasi untuk nilai-nilai,
seperti untuk melakukan suatu kegiatan, pandangan hidup memberi semangat kepada
nilai-nilai. Demikian pula norma-norma digunakan untuk hampir seluruh aturan
khusus. Bedanya dengan nilai, kedudukan nilai selalu dalam pengertian umum.
Norma berlaku dalam menentukan perilaku perintah atau larangan, untuk suatu
kewajiban dari peranan spesifik dalam situasi yang spesifik pula sehingga norma
menjiwai pandangan hidup dalam hal-hal yang spesifik.
Dari
uraian diatas, tampak pada kita bahwa ideologi lebih luas daripada pandangan
hidup. Ideologi biasanya tidak dipakai dalam hubungan individu. Ideologi
dipakai dalam konteks yang lebih luas, seperti ideologi negara, ideologi
masyarakat, atau ideologi kelompok tertentu. Ideologi sebagai pedoman hidup
merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai oleh banyak individu dalam
masyarakat. Tetapi, lahirnya suatu ideologi dapat disusun secara sadar oleh
tokoh-tokoh, pemikir suatu masyarakat atau golongan tertentu dari masyarakat,
yang diperuntukkan bagi masyarakat.[5]
B.
CITA-CITA
Cita-Cita
adalah keinginan yang ada dalam hati seseorang. Cita-cita itu mungkin tercapai
atau mungkin tidak. Dalam hal cita-cita ini Allah bertanya dalam firman-Nya:
“Atau apakah manusia akan mendapat
segala yang dicita-citakannya?” (QS An-Najm : 24)
Dalam
ungkapan manusia punya cita-cita, tetapi Allah yang menentukan. Agar cita-cita
tersebut dikabulkan oleh Allah, ada beberapa faktor yang harus dipenuhi:
berbakti dan berdoa kepada Allah serta berjuang keras. Syarat-syarat untuk
perjuangan harus dipenuhi. Untuk itu semua diperlukan perjuangan, kerja keras,
disiplin belajar tekun, ulet, sabar, penuh dedikasi dan manusiawi serta
bertakwa kepada Allah. Sebab kegiatan apapun yang kita lakukan, ketentuan di
tangan Allah. Namun demikian Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang atau
suatu kaum apabila kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri. Firman Allah SWT.
dalam Al-Quran:
“Allah tidak akan mengubah nasib
seseorang atau suatukaum, apabila kaum itu tidak mengubahnya sendiri.” (QS
Al-Anfal : 53)
Tetapi
bila cita-cita belum tercapai akibat belum terpenuhi persyaratannya maka
cita-cita tersebut baru disebut harapan. Namun demikian, cita-cita yang
bertaruh harapan masih merupakan unsur pandangan hidup, karena masih member
kemungkinan ada keberhasilan dan ini mendorong manusia untuk tetap berusaha
mengatasi kegagalan yang dialami.
C.
KEBAJIKAN
1.
Makna Kebajikan
Kebajikan
dapat diartikan kebaikan, sesuatu yang mendatangkan kebaikan, keselamatan,
keuntungan, kemakmuran, dan kebahagiaan. Manusia berbuat kebaikan, karena
menurut kodratnya, manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci. Dengan
kesucian jiwanya itu mendorong hati nuraninya untuk berbuat kebaikan. Firman
Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebaijkan, memberi kaum kerabat, dan Allah melarang
dia berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An Nahl : 90)
“Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS An-Nahl :
128)
2.
Sumber Kebajikan
Kebajikan
berasal dari dua sumber, yaitu manusia sebagai khalifah Allah di bumi ini, dan
Allah Yang Maha Kuasa, yang menciptakan manusia beserta alam semesta dan
isinya.
Kebajikan
Tuhan adalah berupa karunia-Nya. Bagi orang yang tidak beriman kepada Tuhan
mereka tidak percaya adanya kebajikan yang berasal dari karunia-Nya. Tetapi
bagi orang yang beriman, ia percaya bahwa kebajikan manusia adalah karena
karunia-Nya juga. Manusia sekedar perantara saja.
Kebajikan
itu dapat berupa tingkah laku atau perbuatan, benda-benda yang berwujud atau
benda-benda yang tak berwujud.
Sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yng dikehendaki baik
oleh Allah, maka ia dipintarkan dalam hal keagamaan dan diilhami oleh-Nya
kepandaian dalam hal itu.” (HR Bukhari, Muslim dan Tabrani)
Firman Allah SWT:
“Allah mengangkat orang-orang yang
beriman dari golonganmu semua dan juga orang-orang yang dikaruniai ilmu
pengetahuan hingga beberapa derajat.” (QS Mujadalah : 11)
Dalam
menjelaskan kebajikan ilmu bahwa ilmu pengetahuan itu lebih utama daripada
ibadah dan penyaksian, Rasulullah SAW bersabda:
“Keutamaan seorang alim diatas
seorang ‘abid (orang yang beribadah) sebagaimana keutamaanku di atas serendah
dari golongan sahabat-sahabatku.” (HR Tirmidzi)
Sehubungan
dengan kebajikan dan keutamaan ilmu pengetahuan, salah-satu wasiat yang
disampaikan oleh Luqman kepada anaknya ialah:
“Hai anakku, pergaulilah para alim
ulama dan rapatilah mereka itu dengan kedua lututmu, sebab sesungguhnya Allah
SWT menghidupkan hati dengan cahaya hikmat sebagaimana Dia menghidupkan bumi
dengan hujan lebat dari langit.”
D.
KEYAKINAN ATAU KEPERCAYAAN
Keyakinan atau kepercayaan yang
menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuatan Tuhan. Untuk
mengetahui hal ini marilah kita ikuti uraian Prof Dr. Harun Nasution. Menurut
beliau ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran naturalisme, aliran
intelektualisme, dan aliran gabungan.
1.
Aliran Naturalisme
Hidup
manusia dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi.
Kekuatan gaib itu dari natur, dan natur itu dari Tuhan, Tetapi bagi yang tidak
percaya Tuhan, natur itulah yang tertinggi. Tuhan menciptakan alam semesta
lengkap dengan hukum-hukumnya, secara mutlak dikuasai Tuhan.
Aliran
naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan dan mungkin tidak ada
Tuhan. Lalu mana yang benar? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin Tuhan
itu ada, maka kita katakan Tuhan itu ada. Bagi yang tidak yakin dikatakan Tuhan
tidak ada, yang ada hanyalah natur.
Ajaran
agama itu ada dua macam:
1) Ajaran agama yang dogmatis, yang
disampaikan oleh Tuhan melalui Nabi-Nabi. Ajaran ini bersifat mutlak, terdapat
dalam Al-Quran dan Hadits. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
2) Ajaran agama dari pemuka-pemuka
agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas).
Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama termasuk dalam kebudayaan, terdapat dalam
buku-buku agama yang ditulis pemuka-pemuka agama. Sifatnya dapat berubah-ubah
sesuai dengan perkembangan agama.
Apabila
aliran naturalisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup maka keyakinan
manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi, pandangan hidupnya dilandasi oleh
ajaran-ajaran agama. Pandangan hidup yang dilandasi oleh keyakinan bahwa
Tuhanlah kekuasaan tertinggi, yang menentukan segala-galanya, disebut pandangan
hidup keagamaan (religius).
Sebaliknya,
apabila manusia tidak mengakui adanya Tuhan, natur adalah kekuatan tertinggi,
maka keyakinannya itu bermula dari kekuatan natur. Pandangan hidupnya dilandasi
oleh kekuatan natur (ateistik). Ini disebut pandangan hidup komunisme.
2.
Aliran Intelektualisme
Dasar
aliran ini ialah akal atau logika. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal
manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun
mungkin bertentangan dengan hati nurani.
Akal
berasal dari bahasa Arab, artinya kalbu, yang berpusat di hati. Sehingga timbul
istilah “hati nurani”, artinya “daya rasa”. Di barat hati nurani ini menipis,
justru yang menonjol ialah akal yaitu logika berpikir. Karena itu aliran ini
banyak dianut oleh kalangan barat.
Apabila
aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup maka keyakinan manusia itu
bermula dari akal. Jadi pandangan hidup itu dilandasi oleh keyakinan kebenaran yang
diterima akal. Benar menurut akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa
kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal (ilmu dan teknologi). Pandangan
hidup ini disebut liberalisme.
3.
Aliran Gabungan
Dasar
aliran ini adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan
yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan.
Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu.
Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berpikir maupun sebagai
daya rasa (hati nurani). Jadi apa yang benar menurut logika berpikir, juga
dapat diterima oleh hati nurani.
Apabila
aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup maka akan timbul dua kemungkinan
pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir,
sedangkan hati nurani dinomorduakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya
tetap tidak menentukan. Dan logika
berpikir tidak ditekankan pada logika berpikir individu, melakinkan logika
berpikir kolektif. Pandangan hidup ini adalah disebut sosialisme.
Apabila
dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, kedua-keduanya mendasari
keyakinan secara berimbang, akal dalam arti baik sebagai logika berpikir maupun
sebagai hati nurani, logika berpikir secara individual maupun secara kolektif.
Pandangan hidup ini disebut sosialisme religius. Kebajikan yang dikehendaki
adalah kebajikan yang benar menurut logika berpikir dan dapat diterima oleh
hati nurani, semuanya itu berkat karunia Tuhan.
Pandangan
hidup sosilaisme menekankan pada logika berpikir kolektif, sedangkan pandangan
hidup sosialisme religius menekankan pada logika berpikir kolektif dan
individual. Pandangan hidup sosialisme mengutamakan logika berpikir daripada
hati nurani, sedangkan sosialisme religius mengutamakan kedua-duanya, logika
berpikir dan hati nurani. Pandangan hidup sosialisme tidak begitu menghiraukan
kekuasaan Tuhan, sebaliknya bagi sosialisme religius kekuasaan Tuhan justru menentukan.[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pandangan hidup adalah nilai-nilai
yang dianut oleh sutau masyarakat, yang dipilih secara selektif oleh para
individu dan golongan di dalam masyarakat yang terdiri atas cita-cita,
kebajikan, dan sikap hidup.
Terdapat 3 sumber pandangan hidup:
1. Pandangan hidup yang bersumber dari
agama (pandangan hidup muslim) yang kebenarannya bersifat mutlak (absolut).
2. Pandangan hidup yang bersumber dari
ideologi yang merupakan abstraksi dari nilai-nilai budaya suatu negara atau
bangsa.
3. Pandangan hidup yang bersumber dari
hasil perenungan seseorang sehingga dapat merupakan ajaran atau etika untuk
hidup.
Manusia
yang memiliki pandangan hidup yang baik dan benar (khususnya muslim), pasti
memiliki cita-cita yang dengannya mereka akan sungguh-sungguh dalam
memperjuangkan cita-cita tersebut sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadits.
Kemudian, pandangan hidup yang baik dan benar juga akan melahirkan
kebajikan-kebajikan dalam diri manusia terhadap sesama dan lingkungannya (alam
semesta).
Keyakinan atau kepercayaan yang
menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuatan Tuhan. Terdapat
tiga aliran besar keyakinan atau kepercayaan yang mendasari pandangan hidup
manusia. Diantaranya ialah, aliran naturalisme, aliran intelektualisme, dan
aliran gabungan. Aliran naturalisme mendasari pemikirannya berdasarkan hal yang
gaib, sedangkan aliran intelektualisme berpendapat bahwa akal adalah sumber
utama dari kebenaran. Sementara aliran gabungan ialah gabungan dari kedua
aliran sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Soelaeman,
M. Munandar, Ilmu Budaya Dasar Suatu
Pengantar, Bandung: Refika Aditama, 2001
Mawardi,
dan Hidayati, Nur, Ilmu Alamiah Dasar,
Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000
Notowidagdo,
Rohiman, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan
Al-Quran Dan Hadits, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000
[1] M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar, (Bandung:
Refika Aditama, 2001), h. 97.
[2] Mawardi dan Nur Hidayati, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu
Budaya Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h. 177-178.
[3]
M. Munandar Soelaeman, loc.cit.
[4] Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran Dan
Hadits, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), h. 152
[5] M. Munandar Soelaeman, op.cit.,
h. 98-99
[6] Rohiman Notowidagdo, op.cit., h.
160-163